Friday, January 4, 2013

#4 : Dia = Mereka

Selesai UAS, selesai juga baca Ibuk! Ibuknya bukan dari kata serapannya E-Book yaa, tapi novel keduanya Iwan Setyawan. Penulis dari novel best seller, 9 Summers 10 Autumns. Di sini saya, bukan mau membuat review atau ulusan atau kritik dan sebagainya tentang novelnya. Saya hanya ingin membagi sesuatu yang mengganjal saat membaca novel ini.

Ketika saya sedang asik membaca, saya menemukan kalimat atau lebih tepatnya pernyataan seorang guru dalam sebuah dialog pada tokoh Bayek kecil. Kira-kira begini bunyinya:

"Yek, kalau belum bisa beli sepatu baru, coba pinjam sepatu temanmu, biar keliatan sama dengan teman-teman di paduan suara, ya?"

Bayek yang saat itu masih SD dan tidak bisa sepenuhnya menyerap kata-kata dari orang lain terlebih dari dewasa, lantas ia menelan bulat-bulat perkataan gurunya. Lalu terbentuk lah sebuah pemikiran dan pola pikir, bahwa yang benar itu yang sama dengan teman-teman kebanyakan. Harus seragam. Kalau nggak, berarti salah dan jelek. 

Padahal keadaan mereka tidak memungkinkan, lalu Bayek terus merengek kepada Ibuknya untuk terlihat seragam dengan teman-temannya. Ibu mana yang tidak mau memenuhi kebutuhan anaknya, akhirnya terbeli lah sepatu itu.

Seyogyanya kepribadian dan watak seseorang berasal dari apa yang dia dapatkan dan terima ketika masih kecil, waktu dan realita yang akan mereparasi dan menambahkan kekosongan di sana - sini. Tetapi terkadang hal sepele suka membekas di hati. Seperti kalimat di atas tadi. Secara sadar atau tidak sadar, guru tersebut menanamkan kepada siswanya harus berprilaku seragam dan tidak punya hak untuk pendapatnya sendiri.

Sehingga lahir lah masyarakat yang seragam. Masyarakat yang mengikuti apa kata atau opini yang terbanyak. Seperti dengan mengganggu hak, kewajiban dan kepercayaan orang lain, padahal mereka belum tentu paham betul atau belum tentu orang lain itu mengganggu mereka dengan hak, kewajiban dan kepercayaan orang lain tersebut.

Mungkin masih banyak contoh yang beredar di sekitar kita. Saya hanya ingin menceritakan dan berbagi apa yang mengusik. Toh manusia nggak ada yang sempurna. Jadi terpikir, apa yang salah ya? Sistem atau budaya?

2 comments:

die Gaeste

free counters